Judulnya agak nggak kreatif ya? Hehe…kemampuan menulis saya semakin berkurang akhir-akhir ini. Mungkin karena jarang dilatih š Anyway, seperti yang sudah saya janjikan kemarin, saya akan menulis pengalaman saya jalan-jalan ke salah satu museum di Kota Bonn, Jerman. Kebetulan hari Kamis tanggal 19 Juni 2014 yang lalu adalah hari libur di sini, jadi saya sempatkan waktu itu untuk pergi ke museum. Saya pergi bersama dua orang teman baru dari Guatemala : Jeniffer dan Carla. Ohya, Jeniffer juga mau ngambil master di bidang heritage kayak saya, bedanya dia lebih spesifik; Monumental Heritage (di Dessau). Saya seneng ketemu dia karena ada temen jalan-jalan ke museum dan mengeksplorasi cerita (sejarah) tentang tempat-tempat yang kami kunjungi….nggak semua orang suka lho melakukan itu. Saya ingat dulu sebagian besar orang Indonesia yang ada di Dresden itu kayak ‘pasrah’ gitu aja sama sekitar, maksudnya ga peduli sama betapa menariknya kota itu dan betapa beruntungnya mereka bisa kuliah di sana. Mungkin karena mereka ga merasa beruntung? Hehe…
Kami bertiga berangkat dari Kreuzberg setelah makan siang. Hari itu museum tutup jam 18.00 jadi masih ada waktu lumayan buat liat-liat semua pameran. Kami bertiga masuk dengan tiket gratis dari Stadthaus, nah masalahnya saya lupa nanya kalo bayar, saya harus bayar berapa hehe š Museum ini bernamaĀ LVR-Landesmuseum Bonn/ Rheinisches Landesmuseum Bonn. Bagian luar bangunan terbuat dari kaca. Sepertinya dulu di tempat di mana museum itu berdiri, ada sebuah bangunan tua, soalnya di balik kaca itu kayak ada sisa peninggalannya.
Dengan pergi ke museum ini, pengunjung bisa belajar bagaimana kehidupan manusia yang tinggal di tepi Sungai Rhine jaman dulu (2000 tahun yang lalu). Kala itu, bangsa Romawi masih menguasai daerah yang (dulu) bernama Germania ini (?). Dari mulai kehidupan sehari-hari seperti bagaimana mereka mencari makan, masak, alat transportasi, agama, sampai ritual penguburan. Mereka menunjukkanĀ periode-periodeĀ kehidupan masyarakat di tepi Sungai Rhine sehingga kita bisa tau gimana mereka mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu. Seperti biasa museum di Jerman itu canggih dan sophisticated. Hehe…saya bingung bagaimana ya menjelaskannya? Btw, ketika kami berkunjung ke sana, lagi ada pameran khusus soal peninggalan benda-benda perunggu dari jaman Romawi. Yang disayangkan adalah, museum di Jerman ini jarang sekali menyajikanĀ keteranganĀ dalam Bahasa Inggris, jadi saya nggak mudeng š¦ tapi saya jadi termotivasi untuk belajar Bahasa Jerman lebih baik lagi š
And here comes the best experience so far : saya dapat kesempatan untuk mengunjungi Aachen dan terlibat dalam sebuah perjalanan spiritual yang terjadi hanya sekali dalam 7 tahun. Yes, once in 7 years!! Dan pas banget yang terakhir itu tahun 2007, jadi tahun 2014 ini ada lagi. Ziarah ini bertujuan untuk menghormati 4 relik yang dianggap suci menurut kepercayaan Katolik : 1. Pakaian yang dikenakan Bunda Maria ketika melahirkan 2. Kain pembalut bayi Yesus (semacam kain bedong gitu) 3. Kain pinggang ketika Yesus disalib dan 4. Kain pembungkus kepala Yohanes Pembaptis. Jadi setiap 7 tahun sekali relik-relik tersebut dipamerkan untuk publik.
Kami berangkat dari Bonn naik kereta dengan group ticket. Satu tiket harganya 41 euro bisa dipake berlima selama sehari untuk keliling ke mana aja selama masih dalam bagian Nord-Rhine Westfalen (NRW). Hari itu hari Minggu, 22 Juni 2014, tapi kami semua (15 orang) udah bangun jam 5.30, mandi, terus berangkat (tiket ini juga berlaku untuk naik bisa dalam Kota Bonn, jadi dari Kreuzberg kami ga perlu jalan kaki ke stasiun). Kami harus ganti kereta di Koeln, dan pas lagi nunggu kereta sambungannya dateng, foto-foto bentar di depan Katdreal Koeln yang tersohor itu (Katedral ini adalah gereja Katolik tertinggi di dunia, sebenernya kalo Sagrada Familia yang di Spanyol itu sudah selesai, dia bakal jadi yang tertinggi, tapi sampe sekarang blm selesai pembangunannya).
Kira-kira pukul 9.00 kami sudah sampai di Aachen. Ziarah dimulai dengan tur singkat di pusat kota Aachen, kemudian kami bergegas cari tempat duduk untuk ikut misa yang dimulai jam 11.00. Misanya panas banget, saya memutuskan untuk nggak ikut. Gila aja dipanggang gitu di siang bolong, saya (dan Jeniffer) memutuskan untuk masuk ke museum di sebelah lapangan tempat misa diadakan. Hehe…di dalem lebih adem dan kita bisa ngintip-ngintip dikit pameran tentang Charlemagne (kalo mau masuk pameran bayar 10 Euro).

Holy (Hot) Mass
Oiya, Charlemagne (atau Charles the Great) adalah sosok yang sangat terkenal buat umat Katolik di Eropa. Beliau ini dijuluki Father of Europe (kata seorang romo yang jadi guide kami hari itu). Charlemagne adalah raja dari Francia. Francia itu sebuah kerajaan di Eropa jaman dulu yang terdiri dari konfedarasi orang-orang Germanic. Dulu Eropa batas negara bangsanya belum kayak sekarang ya, jadi agak rumit juga ceritanya. Hehehe…Beliau bertahta dari tahun 768-814, meninggal di Aachen, dan dialah yang mendirikan katedral yang pada tahun 1978 masuk dalamĀ daftar pertama World Heritage menurut UNESCOĀ (ada 12, Katedral Aachen ini salah satunya). Di katedral ini telah dinobatkan 30 orang raja yang pernah memimpin Jerman dan sekitarnya š Sejarah mengenai kenapa Charlemagne begitu penting dan bagaimana beliau bisa mendapatkan 4 relik terpenting itu bisa dibaca diĀ sini. Singkatnya dia mendapatkan relik-relik tersebut sebagai hadiah dari Yerusalem karena jasanya melindungi umat Katolik di Eropa.

ini juga bagian dalam dari Katedral Aachen, sebenarnya langit-langitnya bagus tapi nggak kefoto karena ada tali pembatas yang ga boleh dilewatin
Mungkin pada bertanya-tanya ya, masa sih reliknya asli? Saya sendiriĀ kurang mau membicarakan apakah saya percaya ituĀ asli atau tidak, saya cuma mau bilang bahwa saya lebih tertarik pada kesempatan untuk terlibat di peziarahan yang bersejarah ini. Tradisi ini sudah berlangsung selama 660 tahun! Lagipula pergi ke Aachen sangat mudah dari Bonn. Kalau saya lagi di Indonesia, ya ngapain juga kali jauh-jauh terbang ke Jerman hehehe….
Hhhhmmm kayaknya ceritanya udahan dulu soalnya harus belajar. Besok Jumat ujiaannn š„